Nabi shallallahu alaihi wasallam Pribadi Sangat Dermawan



http://markasmuslim14.blogspot.co.id/


Jika ada seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam meminta sesuatu yang dimilikinya, tentu beliau shallallahu alaihi wasallam langsung mengabulkan permintaan itu. Beliau akan memberinya, sedikit atau banyak. Inilah kebiasaan Rasulullah kalau bahu alaihi wasallam. Beliau adalah pribadi dermawan dan paling besar sedekahnya dengan apa yang beliau memiliki. Terkadang dengan memberikan makanan, dan pada lain waktu pakaian. Beliau shallallahu alaihi wasallam selalu lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri.
Meski beliau shallallahu alaihi wasallam suka memberi, tetapi bukan berarti tak mau menerima pemberian. Beliau shallallahu alaihi wasallam tidak enggan menerima pemberian dari orang lain, selain sedekah. Akan tetapi beliau shallallahu alaihi wasallam akan membalas pemberian itu secara timbal balik dan bahkan lebih banyak dan lebih baik.
Pemberian Beliau shallallahu alaihi wasallam layaknya orang yang tidak pernah merasa takut jatuh miskin. Tidak mengherankan karena memberi dan bersedekah termasuk urusan yang sangat beliau gemari. Bahkan senyum kegembiraan beliau saat menyerahkan pemberian mengalahkan keriangan orang yang menerimanya. 
Artikel terkait:
Konsistensi Nabi saw dalam Beristighfar
Kedermawanan beliau shallallahu alaihi wasallam banyak ragamnya, baik bersifat langsung maupun tidak langsung. Jenis yang langsung misalnya beliau shallallahu alaihi wasallam memberikan sedekah atau hadiah kepada orang lain. Sedangkan cara lainnya dalam bersedekah, yang beliau shallallahu alaihi wasallam tempuh misalnya dengan membeli sesuatu barang dan membayarnya dengan melebihikan harga yang diminta sang penjual.
Pernah pula pada waktu lainnya, beliau shallallahu alaihi wasallam membeli barang dari seorang penjual, kemudian membayarnya sesuai permintaan penjual, dan sekaligus saat itu menyerahkan kembali barang yang dibelinya itu kepada penjualnya. Sahabat Jabir bin Abdillah ra. pernah mendapatkan kenangan manis seperti ini dengan insan mulia sepanjang zaman itu. Yaitu saat sahabat ini menjual ontanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Contoh lain kedermawanan Beliau shallallahu alaihi wasallam misalnya manakala berhutang sesuatu kepada orang lain. Saat melunasinya beliau bayar dengan barang yang lebih banyak atau lebih bagus. Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang terbaik cara melunasi utangnya”. (HR. Bukhari).
Begitu mengesankan kedermawanan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, hingga seorang yang sangat bakhil sekalipun, bila menyaksikan kemudahan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan, orang bakhil akan berubah drastis, sifat kikirnya akan terkikis dan akhirnya menjadi sosok pemurah dan ringan membantu sesama.
Berkat kedermawanan Beliau shallallahu alaihi wasallam ini, tak ayal sejumlah orang juga akhirnya sudi memeluk islam, karena terpikat sifat sosial yang mencengangkan ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memanjakan mereka dengan bingkisan besar misalnya seratus ekor unta, supaya hati mereka terlambat dengan Islam, dan menawarkan keramahan dan persahabatan.
Begitulah sosok Beliau shallallahu alaihi wasallam. Seorang pribadi yang selalu dipenuhi perbuatan ihsan, sedekah, dan perbuatan yang ma’ruf (baik). Tangan kanan beliau shallallahu alaihi wasallam bak angin sepoi-sepoi yang mengantarkan semilir kebaikan bagi yang membutuhkan. Ini sangat membekaskan pengaruh positif bagi diri Nabi sendiri, sehingga beliau shallallahu alaihi wasallam menjadi insan yang lapang dada, menjadi pribadi dan jiwa terbaik, dan hati yang selalu tenteram. Banyaknya harta tidak akan memberatkannya, lantaran Beliau shallallahu alaihi wasallam senang melihat orang lain gembira.
Sungguh, bersedekah dan berbuat baik kepada orang lain memberikan pengaruh mengagumkan dalam lapangan dada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Selain lantaran keistimewaan risalah nubuwwah yang melekat pada beliau, dan disingkirkannya jalan setan pada hati beliau shallallahu alaihi wasallam yang mulia.
Mari kita meneladani Beliau shallallahu alaihi wasallam dengan sepenuh hati.
Sumber: Zadul-Ma’ad fii Hadyi Khairil-‘Ibid, Ibnu Qayyim (2/21-22).
Previous
Next Post »
Thanks for your comment