Hakikat
rendah hati atau tawadhu’,
seperti diungkapkan oleh Al-‘Aini
rahimahullah adalah memperlihatkan
kerendahan martabatnya (di
hadapan orang lain). Menurut ath-Tabari sikap tawadhu’ ini akan melahirkan maslahat duniawi dan ukhrawi.
Begitulah Allah subhanahu wa ta’ala
memerintahkan Rasulullah saw yang
mulia agar bersikap rendah hati terhadap orang-orang yang beriman. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (QS. Asy-Syu’ara :215).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
merupakan gambaran yang patut menjadi
contoh tentang sifat baik tersebut. Beliau shallallahu alaihi wasallam
berinteraksi dengan para sahabat dengan sifat tawadhhu’nya. Bukti-bukti
tentang ini sangat banyak, salah
satunya sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad, al Bukhari, at-Tirmidzi, dari Anas radhiallahu anhu ia berkata, “Tidak ada seorangpun yang lebih
mereka (sahabat) cintai dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. (Namun) jika melihat beliau, mereka tidak berdiri (untuk menghormati) lantaran mereka mengetahui, beliau tidak menyukainya (Al-Musnad (3/13), Adabul Mufrad (949) dan
dishahihkan oleh Al Albani).
Al Mulla al Qari rahimahullah
menjelaskan: “Lantaran
mereka (para sahabat)
mengetahui, (bahwa) beliau shallallahu alaihi wa
sallam tidak suka dihormati dengan (cara) berdiri karena ingin bertawadhu’ pada Rabbnya. dan berbeda dengan kebiasaan
orang-orang yang angkuh dan arrogan.
Syaikh Al Albani mengatakan: “Kalau
Nabi saja tidak menyukai untuk
dihormati dengan berdiri, padahal
beliau terjaga dari bisikan-bisikan
setan. Maka
sudah tentu beliau tidak menyukai perbuatan ini pada selain dirinya yang masih
bisa berpotensi terfitnah.”
Sumber:
An-Nabiyyu Mu’alliman, Prof. Dr Fadhl Ilahi, Cet. I.
ConversionConversion EmoticonEmoticon