Konsistensi Nabi shallallahu alaihi wasallam Dalam Beristighfar



http://markasmuslim14.blogspot.co.id/

Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah imam para rasul dan bagi sekalian alam. Meskipun sudah ditetapkan mendapat jaminan ampunan atas dosa-dosanya, (namun) tetap saja lantunan istighfar membasahi lisan beliau, begitu tinggi Frekuensinya.
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Sahabat Aghar al-Muzani ra. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Dan sesungguhnya aku bersungguh-sungguh beistighfar (memohon ampunan) kepada Allah dalam satu hari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim, no. 2702).
Para sahabat pernah menghitung jumlah istighfar yang beliau ucapkan dalam suatu (majelis), dan ternyata jumlahnya sangat banyak.
Imam Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu anhu, ia berkata: Dalam satu majelis kami pernah menghitung ucapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata: “Rabbigfirli watub ‘alaiyya innaka Antatawwabur-Rahim (Ya Rabbku. Ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya engkau Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang)”, sebanyak seratus kali (Ash-Shahih, 556).
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu juga pernah mengisahkan: “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih banyak melantunkan “astagfirullah wa atubu Ilaik” daripada Rasulullah.”(HR. an-Nasa’I, as-Sunan al Kubra no. 10288 dan Shahih Ibnu Hibban no. 928).
Adapun lafadz Istighfar yang paling afdal, yaitu lafadz yang lebih dikenal sebagai sayyidul istighfar. Merupakan bagian dari dzikir pagi dan sore yang disyariatkan untuk dibaca.
Konsistensi Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam beristighfar tidak pernah putus bahkan sampai pada detik-detik akhir ajal beliau. Disaat yang sangat penting itu beliau mengulang-ulang ucapan:
Ya Allah. Ampunilah aku, kasihanilah aku dan tempatkanlah aku ke tempat yang tinggi. (HR. Bukhari no. 4440).
Dalam hadits di atas terdapat isyarat bahwa Nabi secara terus-menerus melakukan istighfar dalam setiap waktu dan keadaan, sampai akhir hayat beliau. Sampai akhir hayat beliau. Sebagaimana beliau selalu menuntut amal-amal shalihnya dengan istighfar seperti salat, haji, qiyamullail, juga beliau menutup kehidupannya dengan istighfar pula.
Begitulah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meskipun Beliau shallallahu alaihi wa sallam sudah mendapat jaminan diampuni dosa-dosanya, namun beliau tetap beristigfar dan bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Maka selayaknya seorang muslim meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, selalu membasahi lisannya dengan dzikir dan istighfar kepada Allah subhanahu wata’ala.

Sumber: Fiqul-Ad’iyah wal-adzkar, Prof. Dr. Abdur-Razaq bin Abdul-Muhsin al Badr, hlm. 283-285.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment