Imam Nawawi rahimahullah telah mengingatkan kita sepatutnya setiap manusia menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali ucapan yang jelas mendatangkan kemaslahatan dan kebaikan. Bahkan, seandainya berbicara dan diam seimbang dalam segi kemaslahatan, maka berdasarkan petunjuk sunnah, lebih baik menahan diri dari berbicara. Karena perkataan yang mubah dan sia-sia bisa menyeret kepada perkataan yang makruh bahkan haram.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda: “Barang siapa saja yang menjamin bagiku (terjaganya) sesuatu yang berada di antara dua tulang rahangnya (lidahnya) dan sesuatu yang berada diantara dua tulang selangkangannya (kemaluannya), aku menjamin surga baginya.” (HR. Bukhari).
Sahabat Anas radhiallahu anhu pernah menceritakan: “Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah. Aku tidak pernah mencium aroma yang lebih wangi dari (aroma) tubuh Rasulullah. Selama sepuluh tahun aku membantu Rasulullah, beliau tidak pernah berkata kepadaku “Uh”. Beliau tidak pernah mengomentari terhadap apa yang aku kerjakan dengan berkata, ‘Kenapa kamu lakukan?’ dan (beliau) tidak pernah berkomentar tentang sesuatu yang tidak ku kerjakan dengan perkataan, ‘Kenapa tidak engkau kerjakan (saja)?’ (HR. Muttafaqun ‘Alaih).
Syaikh Husain al ‘awaisyah berkata: “Betapa indah lisan Beliau shallallahu alaihi wassalam tidak mengeluarkan kecuali ucapan yang baik, lihatlah kepada lidah-lidah kita, berapa banyak dosa yang telah kita lakukan? betapa sering kita mengatakan “Uh” yang begitu dihindari oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahkan seolah-olah kita tidak bisa hidup tanpa kehadirannya.
Baca Juga:
Nabi shallallahu alaihi wasallam Pribadi Sangat Dermawan
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam Tidak Pernah Mencela Makanan
Nabi shallallahu alaihi wasallam Pribadi Sangat Dermawan
Konsistensi Nabi shallallahu alaihi wasallam Dalam Beristighfar
Begitu pula diriwayatkan, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih sering diam dan sedikit tertawa. Mengingat bahaya yang mengancam dari lidah yang tak bertulang ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah berpesan kepada seseorang yang meminta nasihat kepada beliau, “Jika engkau sholat kerjakanlah seperti salat orang yang akan berpisah (dengan dunia). Janganlah berbicara dengan perkataan yang engkau nanti akan meminta maaf di hari esok, dan janganlah berharap terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.” (HR. Ahmad, 5/412 dan Shahih Ibnu Majah, 2/405).
Syaikh Husain dalam Hashaidul-alsun (hal. 15-16) juga mengatakan, idealnya kita mempelajari etika ini, karena merupakan budi pekerti yang paling luhur. Rasulullah lebih banyak diam, padahal setiap orang benar-benar menyukai sekiranya ia dapat mendengar perkataan beliau. Sebab, beliau tidak berbicara kecuali pasti kebaikan. Kendati demikian Beliau shallallahu alaihi wasallam lebih banyak diam. Oleh karena itu, sebagai ummat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam patutlah kita megikuti setiap contoh yang telah diperlihatkan beliau. Wallahu a’lam.
ConversionConversion EmoticonEmoticon