Hakikat Cinta Rasulullah shallallahu alaihi wasallam part 2



http://markasmuslim14.blogspot.co.id/


Pada kesempatan yang lalu kami telah membahasa tentang Hakikat Cinta Rasulullah shallallahu alaihi wasallam part 1. pada kesempatan ini kami akan melanjutkan bagaimana sebenarnya hakikat mencintai Nabi shallallahu alaihi wasallam yang sesungguhnya. Cinta Rasulullah merupakan bagian dari cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah menuntut konsekuensi mencintai semua yang Allah cintai. Dan Allah mencintai Nabi dan kekasihNya Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sehingga cinta kepada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam merupakan cabang dan termasuk kecintaan kepada Allah.
Ibnu Qayyim menyatakan: “Semua kecintaan dan pengagungan kepada manusia diperbolehkan hanya karena ikut kepada kecintaan Allah dan pengagunganNya, seperti cinta dan pengagungan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kecintaan tersebut merupakan kesempurnaan mencintai dan mengagungkan Dzat yang mengutusnya, karena umatnya mencintai Beliau shallallahu alaihi wa sallam karena Allah mencintainya. Mereka pun mengagungkan dan memuliakan beliau, karena Allah memuliakannya”.
Dengan demikian, cinta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengharuskan kita mencontoh dan bersikap sama dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam segala hal yang dicintai dan dibencinya. Dan diwujudkan dalam ittiba’ (meniru) beliau shallallahu alaihi wasallam. Kita mencintai semua yang Rasulullah shalallahu alaihi wasallam cintai, dan membenci semua yang beliau shallallahu alaihi wasallam benci, ridha dengan semua yang beliau ridhai dan marah terhadap semua yang Rasulullah sallallahu alaihi wasallam marah padanya, serta mengamalkan semua tuntutan cinta dan benci tersebut dengan amal perbuatan.
Kecintaan dan pengagungan kepada Rasulullah, dapat diwujudkan dengan hal-hal berikut.
1. Mencintai beliau shallallahu alaihi wa sallam di atas kecintaan kepada diri sendiri, keluarga dan seluruh manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
Nabi itu hendaknya lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri. (Qs. Al-Ahzab : 6).
Juga sabda Rasulullah :
Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian, hingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia. (HR. Bukhari, no. 14). Sehingga demi yang dicintainya, seseorang dituntut siap mengorbankan jiwa dan harta. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang badui yang berdiam di sekitar mereka tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang), dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah, karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah. Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimbulkan suatu bencana kepada musuh, melainkan di tuliskanlah bagi mereka dengan demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (Qs. At-taubah :120).
2. Membenarkan semua yang diberitakan nabi shallallahu alaihi wa sallam dari Allah, mentaati beliau shallallahu alaihi wa sallam dalam semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya, serta beribadah hanya dengan syariatnya.
Syaikhul Islami Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Yang wajib bagi orang semisal mereka adalah, mengetahui bahwa kecintaan dan pengagungan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hanya bisa terwujud dengan membenarkan seluruh berita beliau shallallahu alaihi wasallam dari Allah, mentaati perintah dan mencontoh beliau, serta mencintai dan loyal kepadanya, tidak mendustakan ajaran beliau shallallahu alaihi wasallam dan (tidak) berbuat syirik serta bersikap berlebihan terhadap beliau shallallahu alaihi wasallam”.
Ini juga merupakan konsekuensi dari persaksian syahadat “asyhadu anna Muhammad dan abduhu wa Rasuluhu” Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab di dalam kitab al Ushuluts Tsalasah menjelaskan, makna syahadat ana Muhammadan Rasulullah adalah, mentaati beliau dalam semua perintahnya, membenarkan semua beritanya dan menjauhi semua larangannya, serta tidak beribadah kecuali dengan syariatnya.
3. Melaksanakan semua konsekuensi dari cinta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, baik berupa I’tikad, pernyataan maupun amalan, sesuai dengan hak-hak Rasulullah yang Allah wajibkan kepada hati, lisan, dan anggota tubuh. Sehingga beriman dan membenarkan kenabian, kerasulan dan seluruh ajaran beliau shallallahu alaihi wa sallam. Lalu melaksanakan kewajiban dengan segenap kemampuannya, berupa ketaatan, ketundukan kepada perintahnya dan meneladani sunnahnya. Allah berfirman:
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (Qs. Al-Hasyr : 7).
Termasuk dalam hal ini, yaitu mengucapkan shalawat dan salam kepada beliau, menolong dan membela beliau dari semua orang yang mengusik dan mengganggunya, baik ketika beliau masih hidup atau setelah wafat, dan berbicara kepada beliau dengan perkataan yang pantas, mengutamakan pendapat dan pernyataan beliau dari selainnya.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment