Rasulullah sallallahu alaihi wasallam Tidak Pernah Mencela Makanan



http://markasmuslim14.blogspot.co.id/


Kenikmatan Allah subhanahu wata’ala tiada terkira. Ragam makanan dan minuman sangat bervariasi. Kewajiban seorang muslim menghargai nikmat-nikmat tersebut dan mensyukurinya. Kendatipun makanan yang tersedia tidak sesuai yang kita inginkan, celaan tidak layak muncul dari bibir seorang muslim.
Demikian juga, ketika makanan atau minuman tidak menggugah selera, atau mengandung ketidaksukaan, karena rasanya yang kurang, bentuknya yang tidak menarik, atau bahan-bahannya yang dirasa tidak bergizi, sekian tetap saja tidak patut untuk dikeluarkan.
Keteladanan Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam masalah ini, beliau tidak pernah mengeluarkan komentar miring sekalipun terhadap masakan atau makanan yang boleh dimakan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata:  Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sama sekali. (HR. Bukhari dan Muslim). 
Berbeda dengan makanan haram, beliau melancarkan celaan padanya, bahkan melarang mengkonsumsinya. Apabila makanan yang dihidangkan beliau sukai, maka beliau menyantapnya. Sedangkan sikap beliau saat menghadapi jamuan yang tidak beliau sukai, beliau tidak menjamahnya, tanpa mengeluarkan komentar miring apapun terhadapnya.
Kalau beliau menyukainya, maka akan beliau makan dan jika tidak menyukainya beliau meninggalkannya. (HR. Bukhari dan Muslim).
        Sikap di atas merupakan keagungan dan keluhuran akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau menghormati perasaan orang yang telah memasak atau membuatnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak suka mencela hasil kerja orang yang membuatnya sehingga dapat menyakiti hatinya. Sisi lain, tidak menutup kemungkinan, ada orang lain yang menyukai makanan tersebut. Hadits di atas juga, mengajarkan sikap ksatria dalam menghadapi makanan yang tidak disukai, yaitu dengan cara tidak menyentuh dan meninggalkannya.
       Selain itu, bentuk penghargaan lain terhadap makanan, walaupun tidak selalu dilakukan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memuji makanan-makanan. Terdapat suatu riwayat: Beliau bertanya kepada keluarganya tentang lauk yang tersedia, Keluarga beliau menjawab: “Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali cuka”. Maka beliau meminta untuk disediakan dan mulai menyantapnya. Lantas berkata: “Sebaik-baik lauk adalah cuka”. (HR. Muslim).
        Pujian sebagaimana hadits di atas bisa bermakna pujian kepada objek makanan, dan juga bisa ditujukan untuk menghibur keluarga. Bukan berarti mengutamakan cuka di atas segala makanan.
       Begitulah kisah Rasulullah shallallahu alaihiwa sallam berkaitan dengan makanan, yang menjadi kebutuhan penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Beliau tidak mencela dan selalu bersikap Qana’ah (menerima) dengan apa yang tersedia.
        Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk meneladani beliau shallallahu alaihi wasallam, secara lahir maupun batin. Amin ya Rabbal Alamin.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment