Allah subhanahu wa ta’ala telah
mengutus Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam untuk menjelaskan kandungan makna syahadatain
dan memerintahkan beliau shallallahu alaihi wa sallam untuk memerangi manusia
hingga bersaksi dengannya. sebagaimana sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam
Aku
diperintahkan untuk memerangi
manusia sampai bersaksi sesungguhnya tiada sesembahan
yang benar kecuali Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah (Syahadatain), menegakkan Shalat dan menunaikan Zakat. Apabila
mereka melakukan hal tersebut,
maka terjaga dariku
darah dan harta mereka,
kecuali dengan hak Islam, dan hisab mereka pada Allah (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Iman, no. 25).
Demikian
juga Allah subhanahu wa ta’ala
menjadikan ketaatan kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam sebagai konsekuensi dari syahadatain dan jalan menuju kebahagiaan dan keselamatan di dunia
dan akhirat. Allah
akan memberikan balasan Surga
bagi orang-orang yang taat kepada Beliau
shallallahu alaihi wa sallam.
Dijelaskan di dalam Alquran surat an-Nisa ayat 13 yang artinya
Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Jannah yang mengalir di dalamnya
sungai-sungai,
sedang mereka kekal di dalamnya;
dan itulah kemenangan yang besar. (Qs an-Nisa: 13).
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan pokok kebahagiaan
dan keselamatan. Karena dengan diutusnya beliau
shallallahu alaihi wasallam sebagai Rasul
Allah, maka manusia dapat membedakan
kebenaran dan kebatilan
dalam seluruh perkaranya.
Demikian tinggi dan agung ya
kedudukan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam di sisi Allah, sehingga Allah mewajibkan kepada
hamba-hambanya beberapa hak dan kewajiban seputar beliau. Di antaranya, mencintai dan mengagungkannya
melebihi diri hamba itu sendiri,
bahkan melebihi kecintaan kita kepada orang lain selain beliau. Syaikhil
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, cinta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
termasuk kewajiban terbesar dalam agama.
Disebutkan di dalam sabda Beliau shallallahu alaihi wa
sallam
Tidak
sempurna iman
salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia. (HR. Bukhari, no.14)
Kewajiban Mencintai Rasulullah
Mencintai Rasulullah hukumnya wajib. Bahkan
termasuk kewajiban terbesar dalam agama. Tidak sempurna iman seorang
hamba, kecuali dengannya. Oleh
karena itu, Allah
memerintahkan umat ini untuk mencintai Rasulullah
melebihi dirinya,
keluarga, harta dan seluruh manusia. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam Al-Quran
Katakanlah: “Jika
bapak-bapak,
anak-anak,
saudara-saudara,
istri istri,
kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu
usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai
daripada Allah
dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalannya, maka tunggulah sampai Allah datangkan keputusan-Nya”. dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik. (QS.
At-Taubah : 24).
Al
Qodhi Iyadh menyatakan, ayat ini cukup menjadi anjuran
dan bimbingan serta hujjah untuk mewajibkan mencintai Beliau shallallahu alaihi wa
sallam dan kelayakan beliau mendapatkan kecintaan tersebut, karena Allah menegur orang yang
menjadikan harta,
keluarga, dan anaknya lebih dicintai
dari Allah dan Rasul-Nya dan mengancam mereka dengan firman-Nya (maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusannya),
kemudian di akhir ayat Allah
menamakan mereka sebagai orang fasiq dan memberitahukan, bahwa orang tersebut termasuk
sesat dan tidak mendapatkan petunjuk Allah. Sebagaimana
Firman Allah
dalam alquran surah yang lain berkaitan dengan hal tersebut:
Nabi
itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang
mukmin dari mereka sendiri. (Qs. Al-Ahzab : 6).
Ayat ini menunjukkan, orang yang tidak menjadikan Rasulullah sallallahu alaihi
wasallam lebih utama dari dirinya sendiri,
maka dia termasuk bukan mukmin. Hal ini menunjukkan bahwa
kewajiban mencintai Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam melebihi dirinya sendiri. Sebagaimana Firman Allah
Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cinta kepada Allah. (Qs al-Baqarah :165). Katakanlah: “Jika
kamu (benar-benar) mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs Ali
Imran: 31).
Allah telah menjadikan ittiba’ (mengikuti Rasul-Nya) sebagai bukti dan dalil
kebenaran cinta Allah. Hal ini dapat diwujudkan, hanya telah iman kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam
dan iman kepada Beliau
harus terwujudkan syarat-syaratnya,
di antaranya mencintai Nabi
sallallahu alaihi wasallam,
sebagaimana diberitakan Abu Hurairah:
Demi
Dzat yang dijiwaku di tanganNya. Tidak
sempurna iman salah seorang dari kalian, hingga menjadikan aku lebih ia cintai
dari anaknya dan orang tuanya. (HR.
Bukhari, no. 13).
Juga
hadits Anas
bin Malik, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Tiga
hal, yang apabila seorang
memilikinya,
maka akan mendapatkan manisnya;
orang yang menjadikan Allah
dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selainnya, orang yang mencintai seorang
hamba hanya karena Allah, dan orang yang benci kepada
kekafiran setelah Allah
sematkan darinya sebagaimana benci dilemparkan ke neraka. (HR. Bukhari, no. 16).
Masih banyak hadits-hadits yang menjelaskan wajibnya
mencintai Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam. Sehingga pantaslah bila Syaikhul Islam rahimahullah menyatakan, cinta Allah dan Rasul-Nya termasuk kewajiban iman
terbesar dan pokok, dan
kaidah iman yang teragung. Bahkan dia merupakan landasan
semua amalan iman dan agama.
ConversionConversion EmoticonEmoticon