Pada postingan sebelumnya kita telah membahas
solusi ketika hati kita disakiti orang lain baca Untukmu Yang Merasa Tersakiti. Pada kesempatan ini kita akan
membahas ketergantungan kita kepada Allah swt dalam segala aspek kehidupan,
khususnya bagi para penuntut ilmu.
Para penuntut ilmu harus
memiliki konsep harus mendekat kepada Allah, dalam setiap aspek kehidupan
mereka, dalam setiap langkah mereka, dalam setiap aktivitas mereka sesuai
dengan firman Allah di dalam surah Al-Imran ayat 191
(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring… (QS. Ali ‘Imran [3]: 191).
Senantiasa hati-hati para
penuntut ilmu terpaut kepada Allah, ketergantungan kepada Allah, memiliki rasa
tawakkal yang mendalam kepada Allah. Bagi orang-orang yang senantiasa duduk di
majelis ilmu, maka dia harus memiliki konsep ini. Semua dikaitkan dengan Allah
swt. ilmu dapat membuat kita semakin dekat kepada Allah, ilmu membuat kita
mengetahui betapa hebatnya Allah swt. Salah satu penyakit penuntut ilmu adalah
jauh kepada Allah, yang dikarenakan pola pikirnya masih dipenuhi dengan
kecintaan terhadap dunia.
Syaikhul islam Ibnu Taimiyah
dalam kitabnya Al Wasiyatu Sugra memberikan tips kepada kita ketika berhadapan
dengan perbedaan para ulama. Misalnya tentang hukum salat berjamaah bagi kaum
lelaki, ketika safar atau saat melakukan perjalanan, pertanyaannya adalah jika
kita menemukan perbedaan tersebut apa yang pertama kali kita harus lakukan? Apakah
kita langsung bertanya kepada ahlinya atau kita langsung mencari referensi
berkaitan dengan masalah tersebu? Kata beliau tidak, karena yang pertama kali harus
kita lakukan adalah mengangkat tangan dan memohon do’a kepada Allah swt.
Setelah itu barulah kita bertanya kepada guru kita, kepada ustad, dan mencari
referensi yang berkaitan tentang masalah tersebut. Dan kita harus mengingat bahwa
semuanya harus di awali dengan berdo’a dan bertawakkal kepada Allah swt.
Imam bukhari ketika hendak
menuliskan hadis dari Rasulullah saw beliau selalu melakukan salat istikharah,
hal ini dilakukan agar beliau mendapat petunjuk dari Allah dan hanya bertawakal
kepada-Nya. untuk satu kitab saja beliau melakukan lebih dari 9000 salat
istikharah ini menunjukkan betapa kuatnya ketergantungan beliau kepada Allah
swt. Diriwayatkan bahwa ketika menghadiri sebuah majelis belau tidak pernah
mencatat dan hanya mendengarkan. Beliau mencatat setelah tiba di rumah dan
jarak antara rumah dan tempat beliau menuntut ilmu adalah satu bulan
perjalanan. Bisa dibayangkan betapa kuat daya ingat beliau. Jika orang secerdas
imam bukhari saja masih berkonsultasi kepada Allah, apatah lagi dengan kita
dengan segala kekurangan yang kita miliki. Maka tidak ada alasan bagi kita
untuk tidak meminta petunjuk kepada Allah swt.
Mari kita evaluasi diri kita, selama
kita hidup sudah berapa kali kita melakukan salat istikharah? Ini merupakan
salah satu cara kita menimbang sejauh mana ketergantungan kita kepada Allah
swt. Allah swt berfirman di dalam surah At-Talaq:
…dan
barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah
telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu (QS. At-Talaq [65]: 3).
Para nabi dan rasul ketika
mereka dihadapkan dengan masalah maka mereka akan langsung melakukan salat dua
rakaat meminta petunjuk Allah swt. Kata para ulama, siapa diantara kita yang ditimpa sebuah masalah maka hendaklah dia
menghubungi Allah terlebih dahulu sebelum menghubungi manusia. Ketika
misalnya ban motor kita bocor? Siapakah yang pertama kali kita hubungi?
Ingatlah yang membuat ilmu kita menjadi tidak berkah adalah karena kita
melupakan Allah swt, kita bertawakkal kepada manusia padahal belum tentu dia
bisa membantu kita. Dekatkan diri kita selalu kepada Allah swt. Ini adalah kunci
sukses agar ilmu yang kita dapatkan mendapatkan keberkahan. Maka kita tidak
sepatutnya meminta petunjuk dan pertolongan selain kepada-Nya, dan hendaklah
kita senantiasa mendekatnya diri kepada Allah swt.
ConversionConversion EmoticonEmoticon