8 Etika sebelum Menuntut Ilmu, Penuntut Ilmu Wajib Tau



http://markasmuslim14.blogspot.co.id/
Menuntut ilmu merupakan ibadah yang sangat mulia. Dengan ilmu seseorang dapat mengetahui tuhannya dan mampu menunaikan kewaijaban serta haknya, baik kepada dirinya maupun pada mahluk sekitarnya. Allah swt telah memuji orang-orang yang memiliki ilmu, Allah berfirman
Katakanlah, “adakah sama orang-orang yang mengetahui degan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (az-Zumar [39]: 9).
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (al-Mujadilah [58]: 11).
Allah menjadikan ilmu sebagai sarana meraih kedekatan dan rasa takut pada Allah, sebagaimana firman-Nya
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Fathir [35]: 28).
Ilmu ibarat kompas dalam beramal, karena amal tidak akan sempurna jika tidak dilaksanakan dengan ilmu. Seorang muslim diwajibkan menuntu ilmu syariat yang berguna sebagai landasan dan kerangka dalam akidah dan ibadah. Namun etika dalam menuntut ilmu menjadi sikap yang harus dimiliki seorang muslim, baik etika sebelum maupun ketika menuntut ilmu. Karena sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk menuntut ilmu hingga ajal menjemput. Berikut adalah beberapa etika ketika menuntut ilmu.
Etika Sebelum Menuntut Ilmu
1.        Mengonsumsi Makanan yang Halal
Mengonsumsi makanan yang halal adalah wajib bagi seorang muslim, sebagaimana firman Allah swt,
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan besyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” (al-Baqarah [2]: 172).
Mengonsumsi makanan yang halal wajib bagi seorang muslim apalagi dia adalah seorang penuntut ilmu, karena mengonsumsi makanan yang haram akan menjauhkan kita dari keberkahan ilmu yang kita cari, dan akan menghalangi terkabulnya doa-doa yang kita panjatkan kepada Allah swt. Mengonsumsi makanan yang halal akan membuka hati dalam menuntut ilmu, waktunya akan menjadi berkah dan memberikan kekuatan ke dalam diri.
2.     Mengurangi Makan dan Minum
Para penuntut imu diwajibkan untuk mengonsumsi makanan yang halal dan harus menyedikitkan ketika makan dan minum, karena makan dan minum yang berlebihan akan membuat akal menjadi tumpul, banyak tidur, malas, dan mudah terkena penyakit. Sebagaimana dituliskan dalam sebuah syair, “Sesungguhnya kebanyakan penyakit datangnya dari makanan dan minuman”.
Jika dilihat dari kehidupan salafusshalih, tidak ada seorangpun dari para ahli ilmu yang dikenal banyak makan dan minum, imam Syafi’I berkata, “Selama enam belas tahun aku tak pernah merasakan kenyang kecuali sekali dan saat itu aku memasukkan jariku untuk memuntahkan makanan yang telah masuk dalam perutku. Rasa kenyang akan menyebabkan badan menjadi berat, hati jadi kasar, ketajaman berfikir akan hilang, banyak tidur dan malas beribadah”.
3.     Tidak Banyak Bicara Dan Tidur
Seorang penuntut ilmu harus bicara sekedarnya saja, dan hanya untuk hal-hal yang penting. Dia juga harus mengurangi tidur sebisanya, karena akan menyebabkan waktu menjadi sia-sia. Banyak bicara akan membuat pikiran tidak tertata, sombong, dan berpeluang besar terjerumus ke dalam kesalahan dan dosa. Yazid bin Abi Habib mengatakan, “Salah satu ujian paling besar bagi penuntut ilmu adalah senang berbicara daripada mendengarkan, padahal mendengarkan itu lebih baik dan bisa menambah ilmu pengetahuan”.
4.     Menjauhkan Diri dari Penyakit-Penyakit Hati
Ilmu adalah cahaya yang dianugerahkan Allah swt yang disimpan di dalam hati hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Perbuatan maksiat dapat menghalangi cahaya tersebut. Imam Syafi’I berkata
Aku mengadu kepada imam Waqi’ betapa susahnya aku menghafal. Dia menganjurkan untuk meninggalkan segala perbuatan maksiat, dan mengatakan ilmu itu adalah cahaya Allah yang tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat”.
Oleh karena itu, para penuntut ilmu harus menjaga diri dari penyakit-penyakit hati, seperti dengki, dendam, khianat, takabbur, sombong dan lain sebagainya. Begitu juga dengan sikap-sikap buruk seperti mencaci, mengumpat, tidak menundukkan pandangan, memakan makanan yang haram dan sebagainya.
Para penuntut ilmu harus terlebih dahulu mensucikan dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat, baik lahir maupun batin. Dan hendaklah dia menjauhkan diri dari perbuatan maksiat yang akan menghalangi masuknya berkah dan cahaya ilmu.
5.     Memilih Sahabat yang Baik
Seorang penuntut ilmu haruslah memilih sahabat yang membawanya pada kebaikan. Jika seorang penuntut ilmu akan memilih sahabat, maka handaklah dia memilih sahabat yang juga seorang penuntut ilmu, shalih dan baik, sehingga persahabatan tersebut dapat memberikan manfaat bagi keduanya. Penuntut ilmu hendaknya menjauhi orang yang lalai dalam beragama, suka menyia-nyaikan waktu, kurang sopan dan kasar, agar tidak mempengaruhi kebiasaan baiknya dalam menuntut ilmu karena bisa mengakibatkan dirinya jauh dari proses dan tujuan menuntut ilmu.
6.     Memiliki Niat yang Ikhlas
Niat yang tidak didasari keikhlasan kepada Allah swt dalam menuntut ilmu atau dengan niat yang lain seperti ingin mendapatkan pujian di dunia, akan menyebabkan seorang penuntut ilmu masuk ke dalam neraka. Adalah sebuah kewajiban bagi para penuntut ilmu untuk meluruskan niat dan mengarahkan tujuannya hanya untuk akhirat semata.
Menuntut ilmu sangat membutuhkan niat yang ikhlas, karena anugrah Allah dari ilmu berikatan erat dengan niat yang ikhlas. Jika niat yang ditanamkan dalam hati tidak ikhlas, maka Allah tidak akan menganugerahkan ilmu pengetahuan dan menghilangkan berkah ilmu tersebut. Dan kelak dia akan disiksa di dalam api neraka.
7.     Memfokuskan Diri untuk Ilmu Pengetahuan
Seorang penuntut  ilmu harus memfokuskan dirinya pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Seperti mengikuti majelis ilmu, belajar, dan juga mengajarkan ilmu yang telah dia peroleh. Kegiatan-kegiatan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya mesti tetap dilakukan, akan tetapi kesibukan duniawi yang bisa menjauhkan dari ilmu pengetahuan harus ditinggalkan, karena dapat menghalangi dia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Imam Syafi’i berkata, “Sesungguhnya seseorang tidak akan bisa memiliki ilmu pengetahuan karena harta dan kemuliaannya. Namun dengan perjuangannya (hidup sulit) dan berkhidmat pada ulama, maka dia bisa mendapatkan ilmu pengetahuan.
8.     Memilih Guru yang Baik
Seorang penuntut ilmu harus teliti dan hati-hati dalam memilih guru. terdapat kriteria penting yang menjadi penilaian terhadap calon guru tersebut, yaitu Keshalihan, muru’ah (kehormatan), penjagaan diri dari maksiat, mengamalkan ilmunya, ahli zuhud dan ibadah, tidak mengikuti hal-hal yang bid’ah, tidak mengikuti orang yang mencintai dunia, dan tidak mencari popularitas atau pujian dari orang lain.
Ilmu pengetahuan yang mumpuni juga menjadi pertimbangan penting dalam memilih guru. Hendaklah guru yang dimaksud memiliki pengetahuan yang luas dan pengalaman yang banyak dalam menuntut ilmu. Muhammad bin Sirin pernah mengatakan, “Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu adalah agama, hendaklah kalian berhati-hati dari siapa kalian mengambil agama itu”.
Inilah beberapa adab atau etika yang harus diperhatikan oleh para penuntut ilmu seperti kita semua sebelum menuntut ilmu, agar ilmu yang nantinya akan kita peroleh mendapatkan keberkahan dari Allah swt dan ilmu tersebut dapat bermanfaat bagi diri kita dan juga orang lain. Baik kepada para pembaca, pada kesempatan yang lain kami akan memaparkan bagaimana Etika Ketika Menuntut Ilmu, untuk itu jangan lupa untuk selalu mengunjungi blog kami dan jangan lupa setelah selesai dibaca silahkan share ke saudara-saudara kita yang lain. Semoga bermanfaat.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment