Menuntut ilmu merupakan ibadah
yang sangat mulia. Dengan ilmu seseorang dapat mengetahui tuhannya dan mampu
menunaikan kewaijaban serta haknya, baik kepada dirinya maupun pada mahluk
sekitarnya. Allah swt telah memuji orang-orang yang memiliki ilmu, Allah berfirman
Katakanlah,
“adakah sama orang-orang yang mengetahui degan orang-orang yang tidak
mengetahui?” sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (az-Zumar
[39]: 9).
Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan (al-Mujadilah [58]: 11).
Allah menjadikan ilmu sebagai
sarana meraih kedekatan dan rasa takut pada Allah, sebagaimana firman-Nya
Sesungguhnya
yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Fathir [35]: 28).
Ilmu ibarat kompas dalam
beramal, karena amal tidak akan sempurna jika tidak dilaksanakan dengan ilmu. Seorang
muslim diwajibkan menuntu ilmu syariat yang berguna sebagai landasan dan
kerangka dalam akidah dan ibadah. Namun etika dalam menuntut ilmu menjadi sikap
yang harus dimiliki seorang muslim, baik etika sebelum maupun ketika menuntut
ilmu. Karena sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk menuntut ilmu hingga
ajal menjemput. Berikut adalah beberapa etika ketika menuntut ilmu.
Etika
Sebelum Menuntut Ilmu
1.
Mengonsumsi Makanan yang Halal
Mengonsumsi makanan yang
halal adalah wajib bagi seorang muslim, sebagaimana firman Allah swt,
“Hai orang-orang
yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang kami berikan
kepadamu dan besyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu
menyembah” (al-Baqarah [2]: 172).
Mengonsumsi makanan yang
halal wajib bagi seorang muslim apalagi dia adalah seorang penuntut ilmu,
karena mengonsumsi makanan yang haram akan menjauhkan kita dari keberkahan ilmu
yang kita cari, dan akan menghalangi terkabulnya doa-doa yang kita panjatkan
kepada Allah swt. Mengonsumsi makanan yang halal akan membuka hati dalam
menuntut ilmu, waktunya akan menjadi berkah dan memberikan kekuatan ke dalam
diri.
2.
Mengurangi
Makan dan Minum
Para penuntut imu
diwajibkan untuk mengonsumsi makanan yang halal dan harus menyedikitkan ketika makan
dan minum, karena makan dan minum yang berlebihan akan membuat akal menjadi
tumpul, banyak tidur, malas, dan mudah terkena penyakit. Sebagaimana dituliskan
dalam sebuah syair, “Sesungguhnya
kebanyakan penyakit datangnya dari makanan dan minuman”.
Jika dilihat dari
kehidupan salafusshalih, tidak ada
seorangpun dari para ahli ilmu yang dikenal banyak makan dan minum, imam Syafi’I
berkata, “Selama enam belas tahun aku tak
pernah merasakan kenyang kecuali sekali dan saat itu aku memasukkan jariku
untuk memuntahkan makanan yang telah masuk dalam perutku. Rasa kenyang akan
menyebabkan badan menjadi berat, hati jadi kasar, ketajaman berfikir akan
hilang, banyak tidur dan malas beribadah”.
3.
Tidak Banyak
Bicara Dan Tidur
Seorang penuntut ilmu
harus bicara sekedarnya saja, dan hanya untuk hal-hal yang penting. Dia juga
harus mengurangi tidur sebisanya, karena akan menyebabkan waktu menjadi
sia-sia. Banyak bicara akan membuat pikiran tidak tertata, sombong, dan
berpeluang besar terjerumus ke dalam kesalahan dan dosa. Yazid bin Abi Habib
mengatakan, “Salah satu ujian paling
besar bagi penuntut ilmu adalah senang berbicara daripada mendengarkan, padahal
mendengarkan itu lebih baik dan bisa menambah ilmu pengetahuan”.
4.
Menjauhkan
Diri dari Penyakit-Penyakit Hati
Ilmu adalah cahaya yang
dianugerahkan Allah swt yang disimpan di dalam hati hamba-hamba yang
dikehendaki-Nya. Perbuatan maksiat dapat menghalangi cahaya tersebut. Imam Syafi’I
berkata
“Aku mengadu
kepada imam Waqi’ betapa susahnya aku menghafal. Dia menganjurkan untuk
meninggalkan segala perbuatan maksiat, dan mengatakan ilmu itu adalah cahaya
Allah yang tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat”.
Oleh karena itu, para
penuntut ilmu harus menjaga diri dari penyakit-penyakit hati, seperti dengki, dendam,
khianat, takabbur, sombong dan lain sebagainya. Begitu juga dengan sikap-sikap
buruk seperti mencaci, mengumpat, tidak menundukkan pandangan, memakan makanan
yang haram dan sebagainya.
Para penuntut ilmu harus
terlebih dahulu mensucikan dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat, baik lahir
maupun batin. Dan hendaklah dia menjauhkan diri dari perbuatan maksiat yang
akan menghalangi masuknya berkah dan cahaya ilmu.
5.
Memilih
Sahabat yang Baik
Seorang penuntut ilmu
haruslah memilih sahabat yang membawanya pada kebaikan. Jika seorang penuntut
ilmu akan memilih sahabat, maka handaklah dia memilih sahabat yang juga seorang
penuntut ilmu, shalih dan baik, sehingga persahabatan tersebut dapat memberikan
manfaat bagi keduanya. Penuntut ilmu hendaknya menjauhi orang yang lalai dalam
beragama, suka menyia-nyaikan waktu, kurang sopan dan kasar, agar tidak
mempengaruhi kebiasaan baiknya dalam menuntut ilmu karena bisa mengakibatkan
dirinya jauh dari proses dan tujuan menuntut ilmu.
6.
Memiliki
Niat yang Ikhlas
Niat yang tidak didasari
keikhlasan kepada Allah swt dalam menuntut ilmu atau dengan niat yang lain
seperti ingin mendapatkan pujian di dunia, akan menyebabkan seorang penuntut
ilmu masuk ke dalam neraka. Adalah sebuah kewajiban bagi para penuntut ilmu
untuk meluruskan niat dan mengarahkan tujuannya hanya untuk akhirat semata.
Menuntut ilmu sangat
membutuhkan niat yang ikhlas, karena anugrah Allah dari ilmu berikatan erat
dengan niat yang ikhlas. Jika niat yang ditanamkan dalam hati tidak ikhlas,
maka Allah tidak akan menganugerahkan ilmu pengetahuan dan menghilangkan berkah
ilmu tersebut. Dan kelak dia akan disiksa di dalam api neraka.
7.
Memfokuskan
Diri untuk Ilmu Pengetahuan
Seorang penuntut ilmu harus memfokuskan dirinya pada
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Seperti mengikuti
majelis ilmu, belajar, dan juga mengajarkan ilmu yang telah dia peroleh. Kegiatan-kegiatan
yang berguna bagi kelangsungan hidupnya mesti tetap dilakukan, akan tetapi
kesibukan duniawi yang bisa menjauhkan dari ilmu pengetahuan harus
ditinggalkan, karena dapat menghalangi dia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Imam Syafi’i berkata, “Sesungguhnya seseorang tidak akan bisa
memiliki ilmu pengetahuan karena harta dan kemuliaannya. Namun dengan perjuangannya
(hidup sulit) dan berkhidmat pada ulama, maka dia bisa mendapatkan ilmu
pengetahuan”.
8.
Memilih
Guru yang Baik
Seorang penuntut ilmu harus
teliti dan hati-hati dalam memilih guru. terdapat kriteria penting yang menjadi
penilaian terhadap calon guru tersebut, yaitu Keshalihan, muru’ah (kehormatan),
penjagaan diri dari maksiat, mengamalkan ilmunya, ahli zuhud dan ibadah, tidak
mengikuti hal-hal yang bid’ah, tidak mengikuti orang yang mencintai dunia, dan
tidak mencari popularitas atau pujian dari orang lain.
Ilmu pengetahuan yang
mumpuni juga menjadi pertimbangan penting dalam memilih guru. Hendaklah guru
yang dimaksud memiliki pengetahuan yang luas dan pengalaman yang banyak dalam
menuntut ilmu. Muhammad bin Sirin pernah mengatakan, “Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu adalah agama, hendaklah kalian
berhati-hati dari siapa kalian mengambil agama itu”.
Inilah beberapa adab atau etika
yang harus diperhatikan oleh para penuntut ilmu seperti kita semua sebelum
menuntut ilmu, agar ilmu yang nantinya akan kita peroleh mendapatkan keberkahan
dari Allah swt dan ilmu tersebut dapat bermanfaat bagi diri kita dan juga orang
lain. Baik kepada para pembaca, pada kesempatan yang lain kami akan memaparkan
bagaimana Etika Ketika Menuntut Ilmu,
untuk itu jangan lupa untuk selalu mengunjungi blog kami dan jangan lupa
setelah selesai dibaca silahkan share ke saudara-saudara kita yang lain. Semoga
bermanfaat.
ConversionConversion EmoticonEmoticon